Model Pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan)
Makalah ini diajukan untuk
memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Model-Model Pembelajaran
Dosen Pengampu : Dr. H. Suklani, M. Pd
Disusun
Oleh:
Desi Rachmawati (14121110045)
Mohamad Nur Iskandar (14121110084)
Muh. Febry RF (14121110145)
Soleh Nugraha (14121120020)
PAI_A/4
Kelompok IX
TARBIYAH
/ PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH
NURJATI CIREBON
2014 /
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan hidayah, taufik, dan inayahnya kepada kita semua. Sehingga kami
bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan ridhonya. Syukur Alhamdulillah
kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan rencana. Makalah ini kami
beri judul “Model Pembelajaran PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan)” dengan tujuan untuk
mengetahui apa dan
bagaimana Model Pembelajaran PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) itu.
Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Karena beliau adalah salah satu figur umat yang mampu memberikan
syafa’at kelak di hari kiamat.Selanjutnya kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada Bapak Dr. H. Suklani, M.Pd selaku dosen pengampu Mata Kuliah
Model-Model Pembelajaran, yang telah membimbing kami.
Kami mohon
ma’af yang sebesar-besarnya
apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan didalamnya. Saya
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis umumnya dan khususnya bagi pembaca.
Cirebon, 20 April 2014
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………. .. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………… .. 1
C. Tujuan
Penulisan………………………….………………………. 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Model
PAIKEM.....................................................… 2
B. Ciri-ciri
Model PAIKEM.............................................................. 8
C.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan PAIKEM.... 9
D.
Prinsip-Prinsip PAIKEM.............................................................. 12
E.
Langkah-langkah Model
PAIKEM................................................ 13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
……………………………………...................................... 16
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembelajaran
merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh
suatu sistem pendidikan. Pembelajaran ibarat jantung dari proses pendidikan.
Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang
baik pula, demikian pula sebaliknya.
Pada
kenyataan dilapangan hasil belajar siswa selama ini masih kurang dan belum
sesuai dengan yang diharapkan, baik secara intelektual maupun sikap. Siswa
belum mencapai tahap kompetensi yang ideal. Oleh karena itu perlu adanya
perubahan dalam proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung
selama ini. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis akan mencoba
membahas Model PAIKEM karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak,
mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut;
1.
Apa yang
dimaksud dengan PAIKEM?
2.
Apa saja
ciri-ciri dari PAIKEM?
3.
Hal apa yang
perlu diperhatikan dari PAIKEM?
4.
Bagaimana
prinsip-prinsip dari PAIKEM?
5.
Apa saja
langkah-langkah dari PAIKEM?
C.
Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah diatas bertujuan untuk Mengetahui Pengertian, Ciri-Ciri, Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan,
Prinsip-Prinsip, dan Langkah-Langkah dari PAIKEM.
BAB II
PEMBAHASAN
MODEL Pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan)
A.
Pengertian
Model PAIKEM
PAIKEM
adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan
suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan.
Pembelajaran
inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning
is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa
sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di
kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan,
keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
Membangun
metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya
mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap
ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan
dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan
penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan hal
tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan
otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya
membangun rasa percaya diri siswa.
Kreatif
dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga
memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar
yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada
belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.
Menurut
hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil
belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran
tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah
proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan
pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan
tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain
biasa.
Siswa
tidak memungkiri metode “PAIKEM” sama dengan pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan” merupakan metode yang sangat mengerti dan
memahami kondisi siswa. bagaimana guru menyampaikan materi merupakan penilaian
utama siswa, seorang guru mempunyai wawasan yang luas akan tergambar dengan
cara bagaimana seorang guru menyampaikan pembelajaran di kelas, fokus terhadap
materi dan penyampaian yang mudah dimengerti oleh siswa. peduli terhadap siswa
dan tidak pilih-memilih (diskriminatif), performance yang menarik serta bisa
dijadikan partner dalam berdiskusi dan berkeluh kesah merupakan sekian banyak
kriteria yang siswa sampaikan jika seorang guru ingin menjadi favorit di mata
siswa (Herman, 2008).
1.
Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan
pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses
berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses
pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang
dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya.
Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak
memposisikan dirinya sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan
belajar (to facilitate of learning) kepada siswa. Dalam kegiatan ini
siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam proses pembelajaran,
sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur
sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran. (Rusman, 2010: 322-324).
2.
Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif juga merupakan strategi
pembelajaran yang mendorong aktivitas belajar. Maksud inovatif disini adalah
dalam kegiatan pembelajaran itu terjadi hal-hal yang baru, bukan saja oleh guru
sebagai fasilitator belajar, tetapi juga oleh siswa yang sedang belajar. Dalam
strategi pembelajaran yang inovatif ini, guru tidak saja tergantung dari materi
pembelajaran yang ada pada buku, tetapi dapat mengimplementasikan hal-hal baru
yang menurut guru sangat cocok dan relevan dengan masalah yang sedang
dipelajari siswa. Demikian pula siswa, melalui aktivitas belajar yang dibangun
melalui strategi ini, siswa dapat menemukan caranya sendiri untuk memperdalam
hal-hal yang sedang dia pelajari.
Pembelajaran yang inovatif bagi guru dapat
digunakan untuk menerapkan temuan-temuan terbaru dalam pembelajaran, terlebih
lagi jika temuan itu merupakan temuan guru yang pernah ditemukan dalam
penelitian tindakan kelas atau sejumlah pengalaman yang telah ditemukan selama
menjadi guru. Melalui pembelajaran yang inovatif ini, siswa tidak akan buta
tentang teknologi dan mereka bisa mengikuti perkembangan teknologi yang ada
sekarang ini. Dengan demikian pembelajaran diwarnai oleh hal-hal baru sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. (Uno, 2012: 11).
3.
Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif merupakan proses
pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan
kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa
metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran,
dan pemecahan masalah.
Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk
merangsang kreativitas siswa, baik dalam mengembangkan kecakapan berpikir
maupun dalam melakukan suatu tindakan. Berpikir kreatif selalu dimulai
dengan berpikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang
sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu.Berpikir kritis harus
dikembangkan dalam proses pembelajaran agar siswa terbiasa mengembangkan
kreativitasnya. Pada umumnya, berpikir kreatif memiliki empat tahapan sebagai
berikut, yaitu:
a.
Tahapan pertama; persiapan,
yaitu proses pengumpulan informasi untuk diuji.
b.
Tahap kedua; inkubasi, yaitu suatu rentang waktu untuk
merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai diperoleh keyakinan bahwa
hipotesis tersebut rasional.
c.
Tahap ketiga; iluminasi, yaitu suatu kondisi untuk
menemukan keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional.
d.
Tahap keempat; verifikasi, yaitu pengujian kembali hipotesis
untuk dijadikan sebuah rekomendasi, konsep, atau teori.
Siswa
dikatakan kreatif apabila mampu melakukan sesuatu yang menghasilkan sebuah
kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dengan mewujudkannya
dalam bentuk sebuah hasil karya baru. (Mulyasa,
2006: 192)
4.
Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu
memberikan pengalaman baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta
mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat
dicapai dengan melibatkan serta mendidik mereka dalam perencanaan, pelaksanaan
dan penilaian pembelajaran. Seluruh siswa harus dilibatkan secara penuh agar
bergairah dalam pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran
betul-betul kondusif dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi siswa.
Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan
siswa secara aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan
pembentukan kompetensi. Siswa harus didorong untuk menafsirkan informasi yang
disajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat.
Dalam pelaksanaannya perlu proses penukaran pikiran, diskusi, dan
perdebatan dalam rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi standar
yang harus dikuasai siswa.
Pembelajaran efektif perlu didukung oleh
suasana dan lingkungan belajar yang memadai/kondusif. Oleh karena itu guru
harus mampu mengelola siswa, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola
isi/materi pembelajaran, dan mengelola sumber-sumber belajar. Menciptakan kelas
yang efektif dengan peningkatan efektivitas proses pembelajaran tidak bisa
dilakukan secara parsial,melainkan harus menyeluruh mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
Proses pelaksanaan pembelajaran efektif
dilakukan melalui prosedur sebagai berikut:(1) melakukan appersepsi,
(2)melakukan eksplorasi, yaitu memperkenalkan materi pokok dan kompetensi dasar
yang akan dicapai, serta menggunakan variasi metode, (3) melakukan konsolidasi
pembelajaran, yaitu mengaktifkan siswa dalam pembentukan kompetensi siswa dan
mengaitkannya dengan kehidupan siswa, (4) melakukan penilaian, yaitu
mengumpulkan fakta-fakta dan data/dokumen belajar siswa yang valid untuk
melakukan perbaikan program pembelajaran. Untuk melakukan pembelajaran yang
efektif , guru harus memerhatikan beberapa hal, sebagai berikut: (1)
pengelolaan tempat belajar, (2) pengelolaan siswa, (3) pengelolaan kegiatan
pembelajaran, (4) pengelolaan konten/materi pelajaran, dan (5) pengelolaan
media dan sumber belajar. (Rusman, 2010: 325-326).
5.
Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan (joyfull
instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat
suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau
tertekan ( not under pressure) (Mulyasa,
2006:194). Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola
hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru
memposisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak
menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan
suasana yang demokratis dan tidak ada beban, baik guru maupun siswa dalam
melakukan proses pembelajaran.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang
menyenangkan, guru harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih
materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat
melibatkan siswa secara optimal.Ada empat aspek yang memengaruhi model PAIKEM,
yaitu pengalaman, komunikasi, interaksi, dan refleksi. Apabila dalam suatu
pembelajaran terdapat empat aspek tesebut, maka pembelajaran PAIKEM
terpenuhi.
a)
Pengalaman
Aspek
pengalaman ini siswa diajarkan dapat belajar mandiri. Di dalamnya terdapat
banyak cara untuk penerapannya antara lain seperti eksperimen, pengamatan,
penyelidikan , dan wawancara. Aspek pengalaman ini siswa belajar banyak melalui
berbuat dan dengan melalui pengalaman langsung.
b)
Komunikasi
Aspek
komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk, misalnya; mengemukakan
pendapat, peresentasi laporan, dan memajangkan hasil kerja. Kegiatan ini siswa
dapat mengungkapakan gagasan, dapat mengkonsolidasi pikirannya, mengeluarkan
gagasannya, memancing gagasan orang lain, dan membuat bangunan makna mereka
dapat diketahui oleh guru.
c)
Interaksi
Aspek interaksi
ini dapat dilakukan dengan cara interaksi, Tanya jawab, dan saling melempar
pertanyaan. Dengan hal-hal seperti itulah kesalahan makna yang diperbuat oleh
siswa-siswa berpeluang untuk terkorelasi dan makna yang terbangun semakin
mantap, sehingga dapat menyebabkan hasil belajar meningkat.
d)
Refleksi
1. Aspek ini yang
dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang telah diperbuat/dipikirkan oleh
siswa selama mereka belajar. Hal ini dilakukan supaya terdapatnya perbaikan
gagasan/makna yang telah dikeluarkan oleh siswa dan agar mereka tidak
mengulangi kesalahan. Di sini siswa diharapkan juga dapat menciptakan
gagasan-gagasan baru.
. (Rusman, 2010: 325-329).
B.
Ciri-ciri PAIKEM
Secara garis besar, ciri-ciri PAIKEM menurut
pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
adalah sebagai berikut:
a)
Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang
mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar
melalui berbuat (learning to do).
b)
Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara
membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
c)
Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku
dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”.
d)
Guru menerapkan cara mengajar yang lebih
kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
e)
Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya
sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan
melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Sedangkan
menurut Rose dan Nocholl dalam (Jamal
Ma’mur Asmani, 2011:84) mengatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran yang
menyenangkan adalah sebagai berikut.
a.
Menciptakan lingkungan tanpa stres (rileks),
yaitu lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan, namun dengan harapan akan
mendapatkan kesuksesan yang lebih tinggi.
b.
Menjamin bahwa bahan ajar itu relevan.
c.
Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah
positif. Pada umumnya, hal tersebut dapat terjadi ketika belajar dilakukan
bersama orang lain, ketika ada humor dan dorongan semangat, waktu rehat dan
jeda yang teratur, serta dukungan antusias.
d.
Melibatkan secara sadar semua indra dan otak
kiri maupun kanan.
e.
Menentang peserta didik untuk dapat berpikir
jauh ke depan dan mengekspresikan apa yang sedang dipelajari, dan sebanyak
mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami bahan ajar.
PAIKEM merupakan sebuah model pembelajaran
kontekstual yang melibatkan paling sedikit empat prinsip utama dalam proses
pembelajarannya. Pertama, proses Interaksi (siswa berinteraksi secara aktif
dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi, lingkungan dsb). Kedua,
proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan
guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi role-play).
Ketiga, proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa
yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan). Keempat, proses
Eksplorasi (siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua indera mereka
melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan dan/atau wawancara). (Jamal Ma’mur Asmani, 2011:84).
C.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam melaksanakan PAIKEM
a.
Memahami sifat
yang dimiliki anak
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan
berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak
Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki
kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya
sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu
lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat,
anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena
hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang
mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang
subur seperti apayang dimaksud
b.
Mengenal anak
secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan
memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif,
kreatif, Efektif dan Menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan
harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak
selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan
kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan
untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan
anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga belajar anak
tersebut menjadi optimal.
c.
Memanfaatkan
perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain
berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan
dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu,
anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman,
anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk
seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun
demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya
berkembang
d.
Mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah.
Pada
dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif
untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut,
kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya
ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah
mengembangkannya, antara lain dengan sering-sering memberikan tugas atau
mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata
“Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata
“Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
e.
Mengembangkan
ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas
yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAIKEM. Hasil pekerjaan
siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu,
hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja
lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat
berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat
berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan
sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan
ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran karena dapat
dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
f.
Memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang
sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media
belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan
lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam
belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas.
Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan
waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti
mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis,
mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram
g.
Memberikan
umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam
belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu
bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap
kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun
harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam
menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa
hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru
berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa
daripada hanya sekedar angka
h.
Membedakan
antara aktif fisik dan aktif mental
Banyak
guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja
dan bergerak. Apalagi bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk
saling berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAIKEM.
Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya,
mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan
tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya
perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut
dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab
rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari
temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAIKEM’.
D.
Prinsip-PrinsipPAIKEM
Pelaksanaan pembelajaran yang mengutamakan aspek keaktifan, kreatifitas dan
inovatif, sehingga membuat pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan,
menuntut guru untuk menguasai berbagai metode mengajar serta keterampilan dasar
mengajar. Penguasaan berbagai metode mengajar tersebut akan memberi keleluasaan
untuk memilih metode yang sesuai dengan metode yang sesuai dengan tujuan,
materi, peserta didik dan aspek-aspek lainnya, sehingga prinsip-prinsip PAIKEM
dapat diterapkan secara optimal.
Prinsip-prinsip pembelajaran PAIKEM antara lain:
1.
Mengalami : Peserta didik
terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional. Melalui pengalaman
langsung pembelajaran akan lebih memberi makna kepada sisa dari pada hanya
mendengarkan;
2.
Komunikasi : Kegiatan pembelajaran
memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dan peserta didik;
3.
Interaksi : Kegiatan
pembelajarannya memungkinkan terjadinya interaksi multi arah.
4.
Refleksi : Kegiatan
pembelajarannya memungkinkan peserta didik memikirkan kembali apa yang telah
dilakukan. Proses refleksi sangat perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian proses pembelajaran.
E.
Langkah-Langkah
PAIKEM
Sebagai tahapan strategis pencapaian
kompetensi, kegiatan PAIKEM perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan
efisien sehingga memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan panduan penyusunan
KTSP, kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas
terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar, beban
belajarnya dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu jam pelajaran
tingkat SMA/SMK terdiri dari 45 menit, SMP terdiri dari 40 menit, dan untuk SD terdiri
dari 35 menit tatap muka untuk Tugas Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak
Terstruktur. Dalam hal ini guru perlu mendesain kegiatan pembelajaran tatap
muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri.
a)
Kegiatan Tatap Muka
Untuk kegiatan tatap muka dilakukan dengan
strategi bervariasi baik ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang
digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi
kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen,
observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya jawab,
atau simulasi. Tapi jika sudah ada sekolah yang menerapkan sistem SKS, maka
kegiatan tatap muka lebih disarankan dengan strategi ekspositori. Namun
demikian tidak menutup kemungkinan menggunakan strategi diskoveri inkuiri.
Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas,
tanya jawab, atau demonstrasi.
b)
Kegiatan Tugas terstruktur
Bagi sekolah
yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas terstruktur tidak dicantumkan
dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP
(Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu pembelajaran dilakukan
dengan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti penugasan,
observasi lingkungan, atau proyek. Kegiatan tugas terstruktur merupakan
kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemandirian belajar peserta didik,
peran guru sebagai fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan
adalah diskoveri inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori.
Metode yang digunakan seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan
kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian
pustaka atau internet, atau simulasi.
c)
Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah
kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru. Strategi pembelajaran yang
digunakan adalah diskoveri inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi
lingkungan, atau proyek.
PAIKEM dapat diterapkan pada pembelajaran
Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai
salah satu strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi.
Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and
learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan
transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara
maksimal.
Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas
pertimbangan:
1)
karakteristik peserta didik dengan kemandirian
belum memadai;
2)
sumber referensi terbatas;
3)
jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
4)
alokasi waktu terbatas; dan
5)
jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek
pengetahuan) atau bahan banyak. (Tim Pengembang MKDP, 2012; 24).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan.Siswa tidak memungkiri metode “PAIKEM” sama dengan
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan” merupakan
metode yang sangat mengerti dan memahami kondisi siswa.
Ada empat aspek
yang memengaruhi model PAIKEM, yaitu pengalaman, komunikasi, interaksi, dan
refleksi. Apabila dalam suatu pembelajaran terdapat empat aspek tesebut, maka
pembelajaran PAIKEM terpenuhi.
DAFTAR
PUSTAKA
Asmani,
Jamal Ma’mur. 2011. 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan). Yogyakarta: Diva Press.
http://ingaedukasia.blogspot.com/2013/04/paikem.html.
diakses tanggal 15 April 2014
http://miftahujan.blogspot.com/2012/11/makalah-paikem-pembelajaran-aktif.html.
Diakses tanggal 16 April 2014
Mulyasa. 2006. Manajemen berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan Implementasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
Tim Pengembang MKDP. 2012. Kurikulum
dan Pembelajaran. Bandung: Raja Grafindo Persada.
Uno, Hamzah. 2012. Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Makasih sudah unggah karya tulisnya
BalasHapusizin baca
Terima kasih, ini sangat membantu
BalasHapus